Dalam rangka meningkatkan kualitas pendampingan siswa, para guru di SMA Negeri 1 Petang melalui Komunitas Belajar (kombel) Bintang menyelenggarakan pertemuan dengan topik penyelarasan guru wali pada Sabtu, 30 Agustus 2025 di ruang guru. Dasar hukum penetapan guru wali ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2025 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru. Di SMA Negeri 1 Petang, penugasan guru wali berdasarkan Keputusan Kepala SMA Negeri 1 Petang Nomor:B.10.800/2176/SMAN1 PETANG/DIKPORA.
“Saya sangat mengapresiasi kebijakan dari SMA Negeri 1 Petang,’ kata Sudiarta yang juga merupakan Koordinator Komunitas Pego. Dengan senyum beliau memulai kegiatan dengan santai tetapi serius. ‘Kita hendaknya berbicara realita tentang sampah, tidak hanya teori lagi,’ lanjut dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Undiksha ini. Sebab, menurut dia, teori tentang pengelolaan sampah sudah ada sejak dulu bahkan sudah ditemukan alat-alat yang dapat mengolah sampah menjadi bahan bernilai ekonomi. Namun kata dia, semua itu biasanya perlu modal yang besar dan belum tentu bisa dipasarkan.




Webinar ini diikuti oleh puluhan peserta melalui daring. Kegiatan dengan bentuk webinar dikatakan Sudiarta sebagai langkah strategis karena akan langsung menyentuh siswa. ‘Selanjutnya kita berharap para siswa melalui panggilan hati dalam pembiasaan-pembiasaan di sekolah,’ ungkapnya. Sampah-sampah telah menjadi masalah. ‘Ditambah beberapa statemen terkait ketidakpedulian masyarakat generasi Z terkait masalah sampah,’ kata penggagas Komunitas Pego ini. Diasumsikan, kepedulian generasi muda telah meluntur,’ jelas Sudiarta. Harusnya ada hal kecil yang bisa dilakukan sambil tetap mendorong pemerintah untuk fokus dalam penanganan sampah, katanya. Untuk permasalahan ini, Sudiarta memberikan solusi. ‘Jadikan kekuatan sosial media ini untuk gerakan peduli lingkungan. Upaya mendidik rasa-rasa kepedulian. Sekolah memberi penguatan. Misalnya projek terkonsep dengan ecobrik. Ini contoh aktivitas pembiasaan yang bisa dilakukan di level sekolah,’ jelasnya.
Dalam kegiatan ini, Kepala SMA Negeri 1 Petang, I Wayan Sutika, S.Pd., M.Pd. menjelaskan bahwa kesadaran, pembiasaan, menjadi bagian paling penting dalam program di sekolah terkait penanganan sampah. Terkait hal tersebut, Sudiarta memberikan ide untuk menamai program tersebut sebagai projek senyum. Karena filosofi ini terinspirasi dari aktivitas pemulung. ‘Ini bisa menjadi projek humanis,’ kata pionir gerakan bersih-bersih sungai asal Peliatan, Ubud ini. Sebab, kata dia SMA Negeri 1 Petang sudah mulai berpikir sistem pengelolaan sampah melalui gerakan. SMA Negeri 1 Petang sudah melakukannya melalui guru wali, ektrakulikuler peduli lingkungan, dan penyediaan tempat pemilahan sampah.
